Studi Kasus


A.           Identitas Subjek
Nama                 : Inisial ( MT )
Usia                   : 45Tahun
Jenis Kelamin    : Laki-Laki
Suku / Agama    : Bugis Bone / Islam
Pendidikan        : SD
Hoby                  : Main Catur
Pekerjaan           : Nelayan

B.            Identifikasi Kasus
1.      Latar Belakang Subjek
MT adalah anak  kedua dari 3 orang bersaudara dari pasangan suami istri bapak AB dan ibu MK. Di usia 5 tahun, ayahMT meninggal dunia karena sakit,jadi yang membiayai hidup dan sekolah MT beserta adik dan kakaknya adalah ibu MT dengan menjual gorengan, diusianya  8 tahun adiknya  juga meninggal karena sakit. Setelah tamat SD MT melanjutkan ke SMP, tetapi tidak Sampai tamat SMP karena ibu MT sudah tidak sanggup membiayai sekolah dan ditambah lagi  jarak antara rumah dan sekolahnya sangat jauh butuh waktu sekitar 2 jam bisa sampai disekolah dan karena dulu sekolah jenjang SMP masih jarang sekali. Setelah berhenti sekolah, MT ikut melaut dengan pamannya, agar bisa membantu kebutuhan-kebutuhan keluarganya.
Ketika usia 20 tahun ia dan kakaknya merantau ke tarakan dan diusia 23 tahun ia kembali ke Bone menikah, setelah itu ia membawa istri dan ibunya ketarakan dan menetap sampai sekarang. MT dikaruniai 5 orang anak, didalam keluarganya MT  dikenal sebagai bapak yang tegas dalam mendidik anaknya, jadi anak-anaknya semua penurut dan mau mendengarkan nasehatnya. Dilingkungannya, MT adalah seseorang yang periang dan suka bercanda dengan orang-orang disekitarnya, MT juga dikenal sebagai orang yang bisa memberikan solusi dan nasehat jika ada seseorang disekitarnya lagi bermasalah.pekerjaan  MT adalah sebagai seorang nelayan, jika istirahat dari melaut waktunya disempatkan untuk berkumpul dengan bapak-bapak yang lain bermain catur atau tidak membersihkan perahunya atau peralatan-peralatannya yang dipakai kelaut. Dulu MT pernah mencoba usaha lain dengan berjualan tapi menurutnya ia tidak cocok dengan usaha tersebut, ia merasa lebih cocok pergi kelaut  walaupun pekerjaan melaut hanya bisa menutupi keperluan sehari-hari keluarganya saja, dan memang rata-rata mata pencarian orang-orang disekitarnya adalah nelayan.

2.      Latar Belakang Permasalahan
Bila dilihat dari fisik, tidak terlihat bahwa MT mengalami gangguan, akan tetapi setelah melakukan pendekatan dengan MT ternyata MT mengalami  gangguan yaitu fobia social. masalah ini diawali ketika MT  ke Nunukan, kebetulan bertepatan dengan kampanye pemilihan bupati pada tahun 2004. Ketika itu MT ikut  dengan sepupunya kampanye dilapangan, entah kenapa tiba-tiba MT merasa pusing, sesak nafas, gemetaran, dan yang paling anehnya merasa mual melihat kerumunan orang banyak dan jantungnya berdetak kencang, lalu dia jatuh pingsan dan dilarikan kerumah sakit dan setelah itu ia dipulangkan ketarakan.  Sejak itu sampai sekarang MT menderita penyakit tersebut, bermacam- macam usaha yang dilakukan MT mulai dari berobat kerumah sakit sampai ketempat orang pintar namun tidak kunjung sembuh.
MT tidak tahu sebenarnya yang dideritanya bukanlah sebuah penyakit melainkan sebuah gangguan jiwa yang disebut dengan phobia social. Ia mengira selama ini  menderita sakit jantung atau lemah jantung karena ia seorang yang kuat merokok. Tetapi mungkin juga MT punya potensi penyakit tersebut. Sebenarnya bisa dikatakan gangguan ini merupakan gangguan keturunan dari ibunya, namun sedikit berbeda tetapi sama-sama mengalami gangguan kecemasan, ibu MT phobia dengan nonton TV jika siaran TV menayangkan adegan kekerasan seperti pembunuhan dan perkelahian dan juga secara langsung dengan hanya melihat hal tersebut ibu MT bisa sampai jatuh pingsan.
Pernah ketika dulu, saat itu MT  berencana pulang ke kampung halaman untuk melangsungkan perkawinan anak pertamanya di Bone. Ketika itu pasnaik kapal, kapal yang ditumpangi penumpangnya sangat banyak sekali karena kebetulan selesai lebaran haji kapal hanya satu-satunya dan kapal yang lain di dok. Ketika naik kekapal lagi-lagi jantungnya berdebar- debar, merasa mual, pusing, sesak nafas seperti kejadian yang pernah dialami sewaktu di Nunukan dulu. MT langsung turun dari kapal, ia tidak sanggup melihat begitu banyak orang, padahal tiket sudah dibeli dan akad nikah anak perempuannya tinggal 3 hari, jadi tiket hangus sia-sia, MT tidak melihat pesta pernikahan anaknya dan akad nikah anaknya diwalikan oleh sepupunya yang ada disana. Jadi selama ditarakan, MT jarang sekali keluar jalan-jalan kekota atau menghadiri acara-acara ia lebih memilih dirumah. Ia merasa pusing melihat kendaraan yang lalu –lalang di jalan raya. Jika ia keluar sekalipun  bila ada keperluan mendadak.
MT ternyata pernah mengalami traumatic sewaktu remaja, menurut MT waktu itu ada kerusuhan yang terjadi di kampungnya tepatnya di bone, pada saat itu MT panic melihat banyaknya orang yang membawa senjata tajam dan saling pukul memukul akhirnya banyak orang yang luka parah dan orang yang mati dan berlumuran darah. Sejak kejadian itu, apabila MT melihat kerumunan orang banyak MT spontan merasa sesak nafas, pusing, gemetaran, mual.Traumatik itu sangat sulit dihilangkan MT walaupun MT sudah berusaha sekeras mungkin namun sia-sia saja.
C.            Pendekatan Teori

Fobia SosialKetakutan berlebih pada kerumunan atau tempat umum.ketakutan ini disebabkan akibat adanya pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat ada dalam kerumunan atau tempat umum. misalnya dipermalukan didepan umum, ataupun suatu kejadian yang mengancam dirinya pada saat diluar rumah.
Penyebab:
Teori Psikoanalitik: pertahanan melawan kecemasan hasil dorongan id yang direpres. Kecemasan: pindahan impuls id yang ditakuti ke objek/situasi, yang mempunyai hubungan simbolik dengan hal tersebut, Menghindari konflik yang direpres. Cara ego untuk mcnghadapi masalah yang sesungguhnya konflik pada masa kanak-kanak yang direpres. Teori Behavioral: hasil belajar kondisioning kfasik, kondisioning operan, modeling.
Simtom :
1)             Fisik
Ø   Gemetar pada tangan dan kaki, seperti tremor ketika kecemasan meningkat yang juga disertai gemetar pada saat berbicara.
Ø   Berkeringat terutama pada tangan
Ø   Rasa cemas secara berlebihan yang ditandai dengan adanya serangan panic
Ø   Meningkat ketegangan pada otot, ditandai mudah pegal
Ø   Ingin buang air kecil dalam waktu singkat
Ø   Sering sakit kepala
Ø   Insomnia
Ø   Mudah merasa lelah
Ø   Rasa sesak di dada
Ø   Pusing

2)      Kognitif
Ø   Rasa takut terhadap penilaian orang lain, takut dikritik
Ø   Selalu berpikir negatif, beranggapan bahwa orang lain menilai buruk tentang dirinya
Ø   Kesulitan menemukan ide-ide baru dan cenderung tidak mampu berpikir secara jernih terhadap permasalahan yang dihadapinya.
Ø   Mengisolasi diri
Ø   Merasa dirinya lemah, bodoh dan selalu merasa khawatir
Ø   Merasa dirinya selalu dilihat oleh orang lain
Ø   Rasa takut untuk melihat atau bertemu orang asing
Ø   Merasa dirinya tidak mampu berkompetisi dan berperilaku sebagaimana orang lainnya.
Ø   Menghindari kerumunan atau kumpulan orang ramai/keramaian tertentu saja (secara diagnostik harus dipisahkan kecenderungan dari simtom agoraphobia)
Ø   Ketakutan untuk tampil di depan orang lain atau public
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSMIII), sosial fobia ditandai dengan ciri utama ketakutan yang sifatnya menetap, irasional, yang memaksakan individu menghindari situasi-situasi yang membuat individu tersebut merasa malu diperhatikan oleh orang lain. Pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM IV) pada gangguan ini ditekankan pada rasa ketakutan tersebut secara berlebihan dan dengan alasan tidak masuk akal.
Penderita fobia sosial menunjukkan pelbagai perilaku tertentu seperti rasa takut berbicara di depan umum, makan ditempat umum, buang air kecil di toilet umum, atau berbicara sepatah kata pada situasi sosial tertentu, takut menulis sesuatu hal yang dapat dibaca oleh publik (Artinya, mereka lebih suka menyembunyikan tulisan-tulisannya dengan menyembunyikan identitas penulis, biodata dan sebagainya). Pada situasi yang menakutkan bagi dirinya, penderita fobia sosial sering menyalahkan dirinya sendiri, seiring meningkatnya kecemasan juga terjadinya perubahan warna kulit yang memerah, berkeringat dan gemetar.
Kemunculan fobia sosial diduga berawal dari beberapa kondisi dari permasalahan dalam dunia kerja; dimana individu terjebak dalam pekerjaan yang berat -menyulitkan dirinya, ketergantungan atau penyalahgunaan pada obat-obatan, alkoholik dan depresi.(Barlow, DiNardo, Vermilyea dan Blanchard, 1986; Bowen, Cipywnyk, D’Arcy and Keegan, 1984).

D.           Terapi CBT
Berdasarkan ciri-ciri yang gangguan yang dialami MT dan dikaitkan dengan beberapa teori kami menarik kesimpulan bahwa MT mengalami gangguan fobia social. Untuk proses penyembuhan kami menggunakan terapi CBT, karena Terapi CBT merupakan Terapi yang dilakukan melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif, terapi CBT menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci CBT adalah menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial.Terapi kognitif berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional.Seperti yang dirasakan MT bahwa kerumunan orang banyak tidak menutup kemungkinan adalah orang jahat dan akan menyerang kapan-kapan saja. Dengan Terapi kognitif dapat membantu MT untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran MT dan membantu MT untuk melihat situasi secara rasional. Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana kami membantu MT mencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga MT bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan.
Terapi Kognitif Behavioral (CBT), Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik.
Pada fobia social seperti yang dialami MT, terapi CBT membantu membimbing MT selama percobaan pada pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga MT mampu menghadapi sendiri situasi tersebut.


E.            Proses Terapi
Sesi I               : Luahan Rasa
Waktu             : 03.00 pm
Hari/Tanggal   : minggu, 04 Desember 2011
Tempat            : Rumah Subjek
Kegiatan         : Identitas dan Identifikasi Kasus
Konselor :Sebelum kita mulai pembicaraan ini Pertama-tama, kami minta kepada Bapakagar menjelaskan sejujur-jujurnya apa masalah yang bapak  alami. Semuanya akankami rahasiakan. Kami berharap bapak bisa terbuka dan mengatakan apa adanya kepada kami. Dengan begitu, masalah bapak bisa kita atasi lebih cepat sesuai dengan kemampuan kami.
MT : baiklah, kira-kira dari mana dulu bapak harus jelaskan?
Konselor : terima kasih pak, oya mungkin bapak sebutkan dulu identitas bapak dengan lengkap
MT : nama bapak MT, umur kurang lebih 45 tahun, bapak orang bugis dan Alhamdulillah muslim, terus bapak dulu sekolah lulus SD dan lanjut SMP tapi sampai kelas 1 saja. Bapak suka main catur, pekerjaan bapak memukat.
Konselor : orang tua bapak masih ada ?
MT : bapak sudah meninggal kalau ibu masih ada.
Konselor : baiklah pak, kita langsung kepermasalahan yang bapak alami. Kira-kira kenapa bapak bisa merasa ketakutan saat berada ditempat keramaian? Sejak kapan bapak ngalami ketakutan tersebut ?
MT : bapak dulu tidak takut ketempat yang banyak orang, tapi sekarang kalau bapak berada ditengah-tengah orang banyak, bapak merasa kurang aman seperti ada yang menyerang bapak. Bapak takut soalnya waktu bapak masih usia seperti kamu, bapak pernah melihat langsung kerusuhan dikampung bapak. Disana ada banyak orang trus semuanya bawa senjata tajam mereka berkelahi, banyak yang mati, ada yang kepalanya pecah, ada yang tangan sama kakinya patah terus banyak darah.
Konselor : jadi pada waktu kejadian kerusuhan, kira-kira reaksi bapak kayak apa?
MT : yah bapak ketakutan, badannya bapak gemeran, terus bapak sesak nafas, pusing sama kayak mau muntah lihat darah sama kepala orang yang pecah.
Konselor : bapak kan bilang kejadiannya waktu bapak masih muda, jadi bagaimana caranya bapak bisa merantau ketarakan sedangkan dari kampung bapak ketarakan pasti banyak orang lalu lalang dikapal?
MT : itu dia bapak bingung, sejak kejadian kerusuhan itu bapak sering bepergian trus itu bapak tidak merasa ada yang aneh sama bapak. Tapi pada saat ke Nunukan sama sepupunya bapak baru bapak merasa pusing, gemetaran, sesak nafas, keringat dingin, mual. Bapak jadi ingat terus kerusuhan waktu bapak masih muda.
Konselor : berapa kali bapak mengalami hal seperti itu?
MT : sejak kampanye di Nunukan, bapak sudah mengalami banyak kali tapi yang paling parah waktu di Nunukan sama dikapal. Saat itu bapak mau kekampung melangsungkan pernikahan anak bapak yang pertama, waktu naik kapal penyakitnya bapak kembali lagi, bapak mulai keringatan, gemetaran, pusing, rasa mau muntah.Bapak tidak jadi pergi kekampung bapak tidak tahan. Kalau jalan di tengah-tengah kota bapak juga sering pusing, gemetaran tapi bapak masih bisa tahan itupun Cuma sebentar kalau lama bapak langsung muntah.
Konselor :semua itu terjadi, Karena pola pikir bapak yang sering merasa was-was. Sebaiknya bapak berpikir jernih dan bapak seimbangkan pemikiran bapak, bahwa tidak semua kerumunan orang banyak akan terjadi kerusuhan. Dengan seperti itu bapak tidak akan ragu apabila berada ditengah orang banyak.
MT : betul juga yang kamu bilang, memang selama ini bapak selalu berpikir bahwa kalau banyak orang pasti akan terjadi sesuatu yang berbahaya. Bapak terlalu mengingat kejadian yang dulu-dulu.
Konselor :baiklah pak, sebelum kami pulang kami akan berikan beberapa cara yang dapat membuat bapak merasa tenang. Pertama yang harus bapak lakukan yaitu Kontrol pernafasan bapak dengan baik dengancara duduk atau berbaring, usahakan bapak menemukan kenyamanan selama kurang lebih 30 menit. Terus itu sugesti diri bapak sendiri bahwa tidak semua tempat yang banyak orang akan terjadi kerusuhan. Selanjutnya lebih mendekatkan diri kepada tuhan dengan harapan bapak dihindarkan dari bahaya.Terus itu bapak lebih akrab lagi dengan keluarga, sering bercanda atau apalah yang bapak lakukan agar bisa membuat suasana dirumah bapak terasa ramai.
MT : Insya Allah bapak akan usahakan. Bapak berterima kasih sekali dengan kalian.
Konselor :Baiklah pak, pertemuan kita hari ini sampai disini dulu, mudah-mudahan bapak akan ada perubahan. Kami akan kembali lagi minggu depan. Pak bagaimana kalau minggu depan kita langsung ketempat yang ramai orang, melihat apakah ada perubahan yang bapak alami selama seminggu menerapkan cara-cara yang kami berikan kepada bapak?
MT : boleh, kebetulan juga bapak mau beli alat untuk perahu. Minggu depan kalian kesini baru itu kita sama-sama ke THM.
Konselor : baiklah pak, kami pamit pulang.









Sesi II             : Proses Pemulihan
Waktu             : 03.00 pm
Hari/Tanggal   : minggu, 11 Desember 2011
Tempat            : Simpang 3 &Rumah subjek
Kegiatan         : keseimbangan emosional
Seminggu telah berlalu, hari ini kami akan ke THM dengan MT, kami akan melihat sendiri bagaimana reaksi MT saat berada di pusat keramaian. Dan kami akan melihat apakah pertemuan pertama seminggu yang lalu memberi manfaat kepada MT ataupun tidak ada sama sekali.
Konselor : bagaimana pak, bapak siap berangkat?
MT : insya Allah bapak siap
Konselor : bapak menerapkan ngga cara-cara yang kami berikan?
MT : iya, rasanya bapak terasa lebih tenang
Konselor : baguslah pak, kalau bapak merasa tenang. Memang itu harapan kami
kami berangkat bersama MT dan juga anak MT yang laki-laki, kami naik angkot sampai di THM. Didalam pasar MT kelihatan biasa-biasa saja.Setelah keliling didalam pasar tidak terlihat reaksi yang aneh dari MT, jadi kami mengajak MT dan anaknya berjalan keluar dari pasar, tembus kejalan besar tepat di lampu merah simpang 3. Disana kami merasa panik melihat MT, ternyata apa yang kami takutkan terlihat juga. MT mulai keringatan dan gemetaran saat melihat kendaraan lalu-lalang tapi tidak disertai rasa pusing dan mual, kami menenagkan MT menyuruh MT menarik nafas berulang kali. Kami mengatakan ke MT bahwa dia tidak akan kenapa-napa, akhirnya MT terlihat tenang, kami tidak lama disana, MT mengajak kami pulang, alat yang ingin dibeli akhirnya tidak jadi dibeli.
Tidak lama kemudian kami sudah sampai dirumah MT, MT terlihat kelelahan seperti orang yang baru selesai mengangkat benda berat.
Konselor : gimana pak, bapak baik-baik aja kan?
MT : iya bapak tidak apa-apa.
Konselor : pak, bagaimana kalau minggu depan kita jalan-jalan dengan keluarga bapak ke pantai amal minggu depan, kebetulan minggu depan kan ada acara adat tidung?
MT : boleh, sekalian bapak mau biasakan diri berada dikeramaian. Siapa tau bapak bisa sembuh.
Konselor : baiklah pak, mungkin pertemuan kita pada hari ini sampai disini dulu, Insya Allah kita lanjutkan minggu depan. Jadi bapak sering-sering latihan ke pinggir jalan besar, dengan begitu bapak akan terbiasa.


Sesi III            : Proses Pemulihan
Waktu             : 01.20 pm
Hari/Tanggal   : minggu, 18Desember 2011
Tempat            : Pantai Amal
Kegiatan         : keseimbangan emosional
Minggu, 18 Desember 2011 merupakan lanjutan proses pemulihan, jika minggu lalu kami membawa MT ke THM ternyata rasa takut dengan tempat keramaian, akhirnya reaksi ketakutannya terlihat namun hal itu masih bisa ditahan. Jadi minggu ini kami ingin melanjutkan terapi kami terhadap MT, kami akan melihat apakah terjadi perubahan yang banyak kepada MT setelah seminggu yang lalu kami memberi terapi kepada beliau. Kami memilih Pantai amal karena bertepatan dengan diadakan acara adat suku tidung, di minggu ini pantai amal akan dibanjiri orang-orang yang akan menyaksikan acara tersebut. Jadi acara ini merupakan waktu yang tepat untuk menerapi MT.
Sesampai dipantai amal, kejadian yang dialami MT minggu lalu kembali terjadi pada diri MT, MT mulai berkeringat dingin, tangannya gemetaran.MT mengeluh merasa pusing dan terasa ingin muntah.Kami berusaha menenangkan MT, dengan menyuruh MT menarik nafas panjang dan melepaskan dengan perlahan.Karena MT sudah terlihat pucat, kami memutuskan mengajak MT kekontrakan kami.
Setelah sampai dikontrakan, MT sudah mulai tenang.Tidak lama kemudian MT mengajak kami untuk kembali ke Pantai, karena jarak kontrakan ke pantai tidak terlalu jauh, kami berjalan kaki saja.Disepanjang jalan kami selalu mengajak MT untuk ngobrol, akhirnya MT tidak sadar kalau dia sudah berada diantara kerumunan orang banyak.Rekasi MT kembali berkeringat dan gemetaran tapi tidak separah pertama sampai.Kami membelikan minuman kepada MT, kami menyuruh MT minum dan menarik nafas panjang dan melepaskan dengan perlahan. MT mengatakan kepada kami dia sudah merasa sedikit lega namun rasa pusingnya juga masih ada, akan tetapi MT berusaha menahan.
Kami dan keluarga MT jalan-jalan dikerumunan orang banyak, namun MT tetap kami apit dengan begitu MT bisa merasa dirinya selamat.MT mengatakan baru kali ini dia ketempat dimana dibanjiri orang, selama mengalami trauma di Nunukan.MT mengatakan bahwa semua ini berkat kami telah menerapi MT, walaupun rasa pusing, gemetaran, rasa mual MT masih ada tapi semua itu sudah tidak separah dulu, MT sudah bisa menahan sedikit demi sedikit. MT membutuhkan proses yang lama untuk kembali normal menjalani semua ini. Setelah berada di pantai kurang lebih 1 jam, MT mengajak pulang, sebelumnya kami ingin membuat pertemuan sekali lagi dengan MT untuk melihat perkembangan MT lebih jauh. MT setuju, dan menyuruh kami kerumahnya minggu depan.










Sesi IV            : pertemuan terakhir
Waktu             : 03.40 pm
Hari/Tanggal   : minggu, 25 Desember 2011
Tempat            : Rumah Subjek
Kegiatan         : pengisian Tabel
Minggu ini merupakan pertemuan terakhir kami dengan MT, kami akan memberikan tabel untuk di isi MT, tentang perubahan apa yang rasakan MT selama kami menerapi MT.
Konselor : Pak bagaimana kabar apak hari ini?
MT : Alhamdulillah baik
Konselor : gimana pak, ada perubahan tidak yang bapak alami selama beberapa kali bertemu dengan kami
MT : Alhamdulillah nak, bapak sudah bisa jalan ketempat yang banyak orang, bapak masih rasa pusing tapi bapak sudah bisa tahan tidak seperti dulu.
Konselor : baguslah kalau bapak merasa ada perubahan, kami mau memberikan bapak kertas, nanti kertas itu di isi sesuai apa yang bapak rasakan, kalau memang bapak merasa tidak ada perubahan yang bapak rasakan bapak isi saja kalau bapak tidak mengalami perubahan sama sekali selama kami terapi
MT : iya










Sesi I
Hari/tanggal : minggu, 04 Desember 2011
Jam : 03.00
Tempat : rumah subjek
LUAHAN RASA
KET.
Tidak ada perubahan

Sedikit tenang

tenang

Sesi II
Hari/Tanggal   : minggu, 11 Desember 2011
Jam : 03.00
Tempat : simpang 3
PROSES PEMULIHAN

Tidak ada Perubahan

Sedikit tenang

tenang

Berkeringat dingin

Pusing

Gemetaran

Sesak nafas

Mual

Sesi III
Hari/tanggal : Minggu, 11 Desember 2011
Tempat : pantai amal lama
PROSES PEMULIHAN

Tidak ada perubahan

Sedikit tenang

Berkeringat dingin

Pusing

Gemetaran

Sesak nafas

Mual









F.        Kesimpulan
MT merupakan sosok seorang ayah yang baik bagi anak-anaknya, suami yang baik bagi Istrinya, tetangga yang baik bagi tetangga lainnya.Namun tidak dapat dipercaya bahwa MT mengalami gangguan fobia social, gangguan ini disadari waktu MT ke Nunukan. Setelah ditelusuri ternyata MT pernah mengalami traumatic sewaktu MT masih muda, dan itu kampuh setelah sekian lama MT  mengalami trauma sewaktu mudanya. Akhirnya kami melakukan terapi kepada MT, setelah beberapa kali melakukan terapi, MT mengaku bahwa MT mengalami perubahan lebih baik dibandingkan sebelum melakukan terapi. Namun terapi ini belum sepenuhnya membuat MT berubah 100% karena waktunya sangat singkat sedangkan MT membutuhkan proses yang lama untuk menghilangkan fobia sosialnya.